Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, CILACAP - Musim kemarau yang dibarengi fenomena angin timuran sempat menyusahkan para nelayan di perairan selatan Jawa Tengah.
Gelombang tinggi akibat hembusan kencang angin timur memicu gelombang tinggi yang membuat nelayan ciut nyali untuk melaut.
Mereka pun sempat libur melaut sehingga tak mendapat pemasukan dari hasil tangkapan di laut. Tetapi rizki memang sudah ada yang mengatur.
Angin timuran membuka pintu rizki lain bagi nelayan. Musim ubur-ubur telah tiba dan mencapai puncaknya Bulan Agustus 2018 ini. Harapan mendulang rupiah membuncah saat tangkapan ubur-ubur melimpah.
Hanya berbekal perahu kecil di bawah lima groos ton, nelayan bisa mendapatkan satu ton ubur-ubur segar. Jika tenaga cukup, mereka bisa kembali melaut dan memperoleh ubur-ubur lebih banyak lagi.
Namun panen raya ubur-ubur ternyata belum menjanjikan untung menggiurkan bagi nelayan.
Harga ubur-ubur jatuh karena pengepul yang menerima hasil tangkapan nelayan ini jumlahnya masih terbatas.
Sementara jumlah nelayan yang menangkap ubur-ubur tak terhitung jumlahnya.
Menurut Ketua Kelompok Nelayan Pandanarang, Tarmuji, ubur-ubur dari nelayan hanya dihargai Rp 600 per kilogram.
http://www.tribunnews.com/regional/2018/08/11/panen-ubur-ubur-melimpah-nelayan-cilacap-mengeluhkan-harganya-yang-jatuh
No comments:
Post a Comment